Setiap
akhir semester yang cukup bikin mumet Wali Kelas adalah saat mengisi nilai
raport, terlebih raport K-13 yang WOW... jumlah input datanya. Salah
satu yang sering terabaikan adalah saat mengisi kolom “saran atau
catatan wali kelas”. Kebanyakan wali kelas mengisinya dengan simpel.
“Tingkatkan belajarmu”
“Pertahankan prestasimu”
dan lain-lain.
Apakah anda menuliskannya juga seperti itu? Tidak ada salahnya memang, tapi bagaimana jika kita sedikit berinovasi dengan menggunakan kalimat lain yang lebih variatif? Semisal :
“Tingkatkan belajarmu”
“Pertahankan prestasimu”
dan lain-lain.
Apakah anda menuliskannya juga seperti itu? Tidak ada salahnya memang, tapi bagaimana jika kita sedikit berinovasi dengan menggunakan kalimat lain yang lebih variatif? Semisal :
“Kamu anak yang cerdas, punya keingintahuan yang luar biasa, jika kamu bisa memanfaatkannya dengan baik suatu hari kelak kamu akan menjadi pribadi yang sukses.”
“Kamu anak yang aktif, suka hal-hal yang baru dan tidak pernah bisa diam itu menunjukkan kamu anak yang enerjik” (ini untuk anak yang selalu ribut dan suka berkeliaran di kelas).
“Kamu anak yang sopan, baik dan pandai menjaga perasaan teman terutama guru” (biasanya anaknya pendiam).
“Kamu anak paling rapi dan bersih. Ibu dan teman-temanmu sangat menyukaimu karena hal itu.”
“Ghofur, catatan dari
Ibu untuk semester depan adalah: selalu berusaha untuk mematuhi tata tertib
juga terhadap guru, tingkatkan motivasi belajar, pilihlah teman bermain yang
tepat.”
“Nasehat ibu, fokus
ketika belajar di kelas, dengan semangat dan kerja keras kamu bisa lebih baik
di semester depan!”
“Ibu yakin, semester
depan Bagas akan lebih baik, malas belajar adalah hambatan utama pelajar,
karena itu BERSEMANGAT ya!”
“Bu Guru percaya,
semester depan Anaf bisa lebih baik lagi, belajar lebih keras dan tetap
bersemangat adalah kuncinya!”
“Melly, tetaplah
bersemangat. Ibu percaya, kamu pasti bisa menjadi yang terbaik!”
“Tidak ada catatan
buruk untukmu Sila, semester ini kamu yang terbaik. Tingkatkan dan pertahankan
prestasi!”
“Semester depan pasti
bisa lebih baik, Ibu percaya Titis anak pintar. Singkirkan rasa malas, maka
dari itu paksakan dan tingkatkan semangat belajar!”
Dan
masih banyak catatan-catatan lain yang bisa kita sesuaikan dengan
kepribadiannya masing-masing, kita tunjukkan kelebihan mereka. Memang awalnya sulit menulisnya, tapi yakinlah
setiap anak pasti memiliki kelebihan masing-masing, sebandel-bandelnya anak,
kalau kita mau jujur pasti punya kelebihan.
Misalkan di kelas kita ada murid perempuan yang omongannya kasar, hampir tiap hari melawan guru, jarang mengerjakan tugas, suka bolos, jangan tanya soal kemampuan belajar. Hasilnya hampir tidak ada yang bisa dibanggakan. Pokoknya hampir sulit mengungkapkan apa kelebihannya. Mungkin satu-satunya hanya ia terlihat cantik. Mirip-mirip Nisya Sabyan, coba saja tulis :
“Kamu anak yang cantik. Mirip Nisa Sabyan, Ibu sangat mengidolakannya. Semoga ibu pun bisa mengidolakanmu sebagai siswa yang mampu berhasil seperti Nisa di suatu hari kelak.”
Hasilnya?
Mungkin mereka akan senyum-senyum GR membacanya. Karena mereka tahu itu jujur tentang mereka. Yang pintar, yang (maaf) mungkin sering kita bilang bodoh, yang baik, yang bandel, yang pendiam semuanya tampak bahagia membaca ada dua baris kalimat pengakuan tentang diri mereka.
Misalkan di kelas kita ada murid perempuan yang omongannya kasar, hampir tiap hari melawan guru, jarang mengerjakan tugas, suka bolos, jangan tanya soal kemampuan belajar. Hasilnya hampir tidak ada yang bisa dibanggakan. Pokoknya hampir sulit mengungkapkan apa kelebihannya. Mungkin satu-satunya hanya ia terlihat cantik. Mirip-mirip Nisya Sabyan, coba saja tulis :
“Kamu anak yang cantik. Mirip Nisa Sabyan, Ibu sangat mengidolakannya. Semoga ibu pun bisa mengidolakanmu sebagai siswa yang mampu berhasil seperti Nisa di suatu hari kelak.”
Hasilnya?
Mungkin mereka akan senyum-senyum GR membacanya. Karena mereka tahu itu jujur tentang mereka. Yang pintar, yang (maaf) mungkin sering kita bilang bodoh, yang baik, yang bandel, yang pendiam semuanya tampak bahagia membaca ada dua baris kalimat pengakuan tentang diri mereka.
(mungkin
lho ya...)
Dan (lagi-lagi mungkin) setelah membacanya, mereka akan saling bertanya:
"Apa yang ibu tulis untukmu?"
"Catatan kamu apa isinya?"
"Cieee, kamu dibilang anak yang pemurah hati dan gak pelit. Tapi bener sih. Kamu selalu kasih jajan ke aku."
Mungkin lagi, anak yang usil berkata:
"Ah, ibu wali kelas bohong tuh bilang kamu baik. Baik dari mana, dari Hongkong? Perasaan kamu paling bandel di kelas."
"Enak aja, emang aku sebenarnya baik kok, tapi tergantung gurunya."
Masalahnya terkadang kita
terlanjur sewot dan dongkol sama anak yang bandel, hingga males rasanya mau
muji-muji. Jangan, Bu. Mereka punya porsi yang sama untuk kita senangi. Punya
hak yang sama untuk disayangi.
Saya tidak tahu apa tindakan ini sesuai dengan aturan administrasi kurikulum atau tidak. Tapi, sepertinya tidak ada salahnya jika mencoba untuk lebih membuka diri membaca kelebihan murid kita dan tidak gengsi mengakuinya. Tidak melulu membicarakan kelemahan mereka. Kelebihan di sini bukan semata-mata tentang prestasi ya, bisa juga kita tulis cenderung ke sifatnya sehari-hari.
Saya tidak tahu apa tindakan ini sesuai dengan aturan administrasi kurikulum atau tidak. Tapi, sepertinya tidak ada salahnya jika mencoba untuk lebih membuka diri membaca kelebihan murid kita dan tidak gengsi mengakuinya. Tidak melulu membicarakan kelemahan mereka. Kelebihan di sini bukan semata-mata tentang prestasi ya, bisa juga kita tulis cenderung ke sifatnya sehari-hari.
Sekali lagi, semua itu baru dalam taraf mungkin.
Karena memang saya bukan wali kelas atau orang yang pintar menghipnotis dengan
kata-kata. Namun tidak ada salahnya kita mencoba hal-hal baru dengan segala
kemungkinan dengan mengikuti arus perkembangan generasi milenial.
Saya yakin anda-anda lebih berpengalaman dibandingkan
saya. He he he ... mohon maaf jika ada salah kata.
Selamat Menyelesaikan Pengisian Raport, ingat tanggal
18.
Pati, 15 Desember
2019 / 00:59
0 Comments:
Posting Komentar